‘Who’s That Girl? bukan saja grup band. Kami juga ingin menyuarakan emansipasi, kalau perempuan itu juga bisa berkarya dengan jalan yang dipilih sendiri!’
Fonza, guru seni yang saat ini mengajar di salah satu SMA swasta di kota Maumere adalah inisiator Who’s That Girl?, sebuah band reggae pertama di Flores yang seluruh personilnya adalah perempuan.
‘Waktu itu Maumereggae akan bikin festival. Megs, ketua panitianya kasi ide untuk bentuk satu grup band reggae yang personilnya cewe semua. Saya akhirnya tertarik dan mulai kumpul teman-teman.’
Fonza kemudian bertemu dan mengajak Abel (bass), Cia (vokal), Caca (keyboard), Melita (drum), dan Mece (gitar). Fonza sendiri lebih banyak berperan sebagai pengarah musik dan pemain saxophone. Ia juga yang paling senior di grup band ini. Abel, Caca, dan Cia masih SMA, Mece baru setahun lulus SMA dan bekerja paruh waktu, dan Melita aktif sebagai mahasiswa.
‘Selain saya dan Abel, yang lain sebenarnya tidak biasa main reggae. Cia penyanyi koor gereja, Caca dan Melita organis gereja, sementara Mece lebih banyak buat karya pop solo’.
Sejauh ini Who’s That Girl? sudah manggung di beberapa acara musik di Maumere, antara lain Maumereggae 2: Deeper The Roots, Stronger The Tree (2023), Maumereggae Talk and Jaaming with Conrad Good Vibration & Radit Echoman (2023) , dan Flores Writers Festival III: Sadang Bui (2023).
Fonza mengakui bahwa dinamika di dalam grup ini tidak bisa terhindarkan karena aneka perbedaan yang ada. Meski begitu ia secara bertahap berusaha menjadikan band ini sebuah grup yang solid.
‘Sebenarnya kami tuh punya kesamaan. Kami tuh suka buat orang penasaran dan senang kalau ada orang penasaran dengan kami. Makanya cocok sekali dengan nama bandnya.’
Nama Who’s That Girl? salah satunya terinspirasi dari lagu dengan judul yang sama yang dipopularkan oleh The Real Eve.
‘Saya suka nama ini karena kesannya misterius. Seperti laki-laki Maumere, kalau lihat nona gaga sedikit pasti tanya: itu nona siiapa tu? Mereka kepo tapi kita cuek dan bikin mereka tambah penasaran’
Ketika ditanya apa fokus Who’s That Girl? saat ini, Fonza mengaku jika mereka sudah menyiapkan beberapa lagu ciptaan sendiri untuk direkam. Namun, kendala kesibukan masing-masing personil kerap susah dinegosiasi sehingga mereka masih urung memproduksi karya.
‘Kalau mau jujur, beberapa karya kami sudah siap. Cia dan Mece punya bakat untuk menulis lagu dan bikin lirik, sementara saya lebih banyak mengaransemen. Namun, saat ini yang paling penting untuk saya, kami bisa kumpul dan mempererat kembali kesatuan dalam kelompok. Kumpul dan cerita-cerita kadang lebih penting dari pada bikin lagu.’
Bagi Fonza, ada harapan yang jauh lebih besar dari sekedar main musik. Setiap kali manggung, yang dihadirkan oleh Who’s That Girl? bukan saja musik reggae tapi seruan harapan kepada semua perempuan kalau mereka punya daya untuk berkarya secara mandiri.
‘Kami ingin memotivasi sesama perempuan dan masyarakat di maumere bahwa kita punya potensi besar di bidang seni, apalagi musik. Kami mau menyuarakan jati diri perempuan yang kreatif tapi kami bungkus lewat seni’
‘Setelah menonton film One Love, Bob Marley, saya sadar bahwa harapan Bob Marley dalam menyatukan perang saudara di Jamaika pada saat itu juga sama seperti harapan kami melalui Who’s That Girl?, agar tidak ada gengsi antar kelompok, antar seniman atau musisi di Maumere. Soalnya saya pribadi gelisah karena banyak juga yang sudah merasa hebat dan tidak mau dengar yang lain. Padahal asyik sekali kalau kita bisa bermusik dan berkesenian bersama-sama.’
Harapan dan tatapan Fonza bersama dengan teman-teman Who’s That Girl? boleh jadi membuka jalan lain bagi banyak perempuan di Nian Tana dalam berbagai bidang kehidupan untuk terus berani bermimpi dan berkarya. (30/4/2024)(eka)
Mantap Who’s That Girl… sy suka ngeriii 🥰🥰😍🔥💪🏿
Menyala Bu guru 🔥